BANDUNG- Diskusi evaluasi gubernur dan wakil gubernur Jabar periode 2018-2023 langsung menukik. Telaah tajam disampaikan Prof Dr Asep Saeful Muhtadi dari UIN Bandung.
“Saya ini bukan pencinta atau pembenci Ridwan Kamil. Jadi bagi saya ringan-ringan saja. Apanya yang harus dinilai dari kinerja Gubernur karena tidak ada prestasinya,” jelas Asep Samuh, demikian panggilan guru besar komunikasi politik dari UIN Bandung ini.
Pada Kamis (22/6/2023), Partai Demokrat Jawa Barat menggelar diskusi terbuka evaluasi kinerja Gubernur Ridwan Kamil dan Wagub Uu Ruzhanul Ulum. Keduanya segera berakhir masa jabatan pada 4 September mendatang.
Selain Asep Samuh, tampil juga Sugianto Nangolah (sekretaris FPD DPRD Jabar), Ghiok Riswoto (PWI Jabar), dan Memet Hamdan (budayawan).

Jajaran pengurus utama DPD Partai Demokrat juga hadir menyimak jalannya diskusi. Antara lain, Anton Sukartono Suratto (ketua), dr Ratnawati (bendahara), Andi Zabidi (kepala Bappilu), Ahmad Bajuri (kepala BPOKK), dan M Hailuki (kepala Bakomstra). Berikutnya, Toni Setiawan (ketua FPD DPRD Jabar).
“Ridwan Kamil ini alumni ITB, kuliah di Amerika, pinter dan soleh. Tapi kehebatan dirinya tidak berbanding lurus dengan prestasi sebagai gubernur,” jelas Asep Samuh.
Dia beber data Badan Pusat Statistik (BPS). Indek kebahagiaan Jawa Barat ada di ranking 29. “Artinya masyarakat Jawa Barat teu barahagia. Jauh dari bahagia,” katanya.
Ketimpangan ekonomi naik 0,14 persen. Artinya yang kaya makin kaya, sementara yang miskin makin miskin. “Kemiskinan ekstrim juga kedua di Indonesia. Kalah sama Banten, provinsi baru yang lepas dari Jawa Barat,” jelasnya.
Diungkapkan, tingkat pengangguran tertinggi kedua. Lalu partisipasi sekolah tingkat SMA hanya unggul dari Kalteng dan Papua. Partisipasi masuk perguruan tinggi juga urutan 28. “Padahal kurang bagaimana Jawa Barat. Perguruan tinggi banyak, sekolah banyak. Artinya loba barudak anu teu sekolah. Komo kuliah ke perguruan tinggi,” tandasnya.
Asep Samuh menyebut indeks pembangunan manusia (IPM) Jabar 73. Memang lebih tinggi dari IPM nasional 72. “Tapi itu tidak bagus-bagus amat,” kilahnya.
Terkait raihan lebih 500 penghargaan yang direbut Ridwan Kamil, Asep Samuh menyebut tidak ada korelasinya dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.
“Masjid Aljabar bukan prestasi gubernur. Itu adalah karya arsitek. Kalau sebagai ahli arsitektur, saya harus angkat jempol. Tapi itu bukanlah prestasi gubernur,” jelas Asep Samuh.

Apalagi, Masjid Aljabar menyisakan masalah. Bikin macet karena desain tata ruangnya tidak tuntas. “Saya orang bodoh dalam arsitektur. Mestinya kalau bikin sesuatu disiapkan akses segala macamnya. Eta pikiran orang yang punya otak,” tegasnya.
Yang bikin heran lagi, papar Asep Samuh, gubernur curhat ke Ustad Abdul Somad soal ribuan Al Qur’an hilang dari Aljabar. Mestinya jadi bahan refleksi.
“Ustad Abdul Somad yang orang Riau jadi tahu bahwa masyarakat Jawa Barat daya belinya rendah. Atau orang lebih baik beli HP daripada beli Alquran,” katanya.
Dia menyebut, satu-satunya titik kekuatan Ridwan Kamil adalah pencitraan. “Itu diakui sendiri oleh Ridwan Kamil yang menyebut followers medsosnya jutaan. Itu titik terkuatnya. Sementara titik lemahnya adalah prestasi,” kata Asep Samuh. (R-03)