BANDUNG- Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bikin pengakuan tidak biasa. Bertransformasi dari anak desa di Pacitan, lalu berkarier di TNI hingga jadi Presiden,tapi SBY menyebut masih kelas amatir.
Hal tersebut disampaikan pada pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Kamis (24/8/2023). Topiknya Merajut Persatuan: Pesan dalam 78 Tahun Kemerdekaan. Acara diikuti ratusan seniman dan budayawan tanah air.
Di momen tersebut, SBY juga melelang lukisan yang khusus baru dibuatnya. Lukisan berjudul “Kabut Pagi di Dusun Sunyi” itu terjual Rp 510 juta dan dibeli oleh Wakil Ketua MPR Syarif Hasan. Hasilnya diserahkan untuk kepentingan warga difabel di bawah naungan Jogja Disability Arta dan Yayasan Urun Daya Kota.
“Salam kenal, saya pendatang baru di dunia seni dan kebudayaan. Ada yang bilang saya mualaf, bukan begitu?,” ujar SBY mengawali pidatonya.
SBY mengatakan saat ini dia sudah bertransformasi dari dunia TNI, politik ke dunia kebudayaan. Dia mengatakan kebudayaan merupakan dunia baru baginya
“Saya dengan sukarela masuk ke wilayah baru ini karena saya sudah bertransformasi, anak desa dari Pacitan, 30 tahun mengabdi sebagai prajurit di TNI, 15 tahun di politik dan pemerintahan, sekarang masuk dunia yang baru,” ujarnya.
SBY merasa dia merupakan seniman pemula, bukan seniman berbakat. Dia berharap beberapa tahun ke depan dapat masuk ke dunia kebudayaan yang lebih pro.
“Saya ingin, insya Allah 3-5 tahun lagi saya masuk dunia pro, tapi sekarang masih dunia amatir,” paparnya.
SBY mengakui tidak mudah masuk ke dunia kebudayaan. Namun dia mengaku tidak akan berkecil hati karena banyak seniman-seniman yang memulai dari bawah.
“Jadi saya punya semangat suatu saat masuk ke tingkatan yang lebih tinggi,” tandasnya.
SBY baru mulai melukis sekitar 2 tahun 2 bulan. Dia mengaku tidak mudah jadi pelukis. “Tetapi ada yang memberikan harapan dan membesarkan hati saya,” ungkapnya.
SBY juga menjelaskan, ada seorang seniman abad XIX dari Rusia. Namanya Kandisky. Seniman Rusia itu mengatakan, dalam dunia seni itu sebetulnya tidak ada salah dan benar.
“Tidak harus seni itu jangan begini, jangan begitu atau harus begini harus begitu, because the art is free. Dua hal itu yang memotivasi saya untuk melanjutkan dan menggeluti dunia saya yang baru,” tandas SBY. (R-03)