Wejangan SBY untuk 38 Ketua DPD Demokrat: Negara Dulu, Baru Partai

BANDUNG– Sehari jelang pelaksanaan Kongres VI Partai Demokrat, sebuah momen manis tercipta. Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertemu dan beri wejangan kepada para ketua Partai Demokrat tingkat provinsi.

Pertemuan berlangsung di kediaman pribadi SBY di Cikeas, Kabupaten Bogor, pada Minggu siang (23/2/2025). Turut mendampingi SBY, Sekjen DPP Partai Demokrat yang juga Menteri Ekraf Teuku Rifky Harsya.

“Ada nilai-nilai sejarah yang ingin saya sampaikan, agar perjuangan Partai Demokrat ke depan, perjuangan besar kita, yang terutama tentunya untuk negara dan rakyat,” kata SBY memulai wejangannya.

Setelah itu, papar SBY, baru perjuangan besar lainnya baru untuk partai. “Jangan dibalik. Negara dulu, baru partai. Country over party,” ungkapnya.

Ketua Majelis Tinggi Partai (MTP) Demokrat itu lantas cerita sejarah kediamannya di Cikeas. Sejarah pendirian Partai Demokrat. Juga sejarah lebih besar lagi, yaitu pengabdian bagi bangsa dan negara. Khususnya dua periode jadi orang nomor satu di Republik ini.

SBY berkisah saat jadi Kasospol ABRI di masa-masa krisis 1998. Lalu dipercaya jadi ketua tim reformasi ABRI, yang di dalamnya ada TNI dan Polri. Kemudian jadi ketua Fraksi ABRI di MPR.

Semua proses itu dikerjakan siang malam. Termasuk saat hari libur di Cikeas. Di ruangan yang sama ketika dirinya saat itu memberi wejangan kepada para pemimpin dan kader utama Demokrat.

Ketika diberhentikan dari Menko Polsoskam pada 2001 oleh Presiden Abdurahman Wahid, muncul gagasan membentuk partai. Tokoh yang disebut SBY adalah Ventje Rumangkang.

Ventje mengusulkan membentuk Partai Demokrat karena SBY kalah dalam pemilihan wakil presiden oleh MPR RI. “Saya kalah, saya pernah kalah. Dan kalah itu indah,” ungkapnya.

Itu terjadi jika kekalahan dijalani dengan ikhlas. Kemudian berjuang kembali dengan lebih cerdas. Sembari mint pertolongan dari Allah SWT.

“Oke Pak Ventje. Saya pertimbangkan, saya renungkan dulu soal partai itu,” katanya. Sehari kemudian, SBY dan almarhum Ibu Ani Yudhoyono kemudian bicara soal usulan membentuk partai.

“Ibu Ani kalau memberi pandangan biasanya sudah dipikirkan mendalam,” jelas SBY. Intinya, Ibu Ani mendukung bikin partai jika sudah dikalkulasi lagi. Dan dihitung segala persiapannya. Bukan hanya kalkulasi sebagai sarana perjuangan.

Setelah itu, diskusi terus dilakukan. “Dan, bismillah, di meja sebelah, saya sampaikan ke Ibu Ani bahwa partai kita akan dinamai Partai Demokrat,” jelasnya.

Pilihan bendera dan warna biru juga tak lepas dari kecintaan SBY terhadap perdamaian. Peace. Termasuk inspirasi bendera PBB yang berwarna biru. Karena PBB tugasnya menciptakan perdamaian dunia.

“Di meja sebelah itu juga, saya membuat draft bendera partai, ditunggu Ibu Ani,” katanya. Berikutnya soal mars. Sebagai pencipta lagu dan musisi, SBY menyusun lirik dan nadannya. Kebetulan di ruang tersebut ada keyboard.

“Kita sudah punya mars. Hymne bukan oleh saya. Hymne disusun oleh Saudara Sys NS,” tambahnya.

Tinggal satu lagi, yaitu manifesto politik. Setiap partai harus punya manifesto semacam deklarasi, semacam falsafah, nilai-nilai, ruth, dan platform. “Di ruang ini saya buat manifesto politik pada tahun 2001” tandasnya.

Semua tahapan itu dilakukan SBY saat dirinya di luar pemerintahan. Tapi, jalan hidupnya kembali berubah saat dipilih jadi Menko Polkam oleh Presiden Megawati.

SBY berpikir, tidak elok rasanya jadi menteri jika kemudian jadi ketua umum Partai Demokrat. Ditunjuklah Prof Dr Subur Budhisantoso sebagai ketua umum.

“Kemudian Ibu Ani jadi wakil ketua umum pertama, bersama Pak Ventje Rumangkang. Itulah sejarah,” jelas SBY. (R-03)

Leave a Reply